Rabu, 01 Mei 2013

Trip ngetrip ke bagian tengah Indonesia

Hello there…
I’m back to posting a blog. I hope you like to read my blogs. Happy reading!
Kali ini, saya ingin menceritakan pengalaman saya waktu berlibur atau ngetrip ke Lombok. Ini kali pertama saya pergi ke sana. Antusias dan excited sekali. Karena sering buka twitter, saya menemukan travel agent. Kebetulan lagi ada promo, open trip. Jatuhnya jadi lebih murah. Luckily, saya hanya membayar Rp 1,8 jt. Dan biaya tersebut bisa dicicil.
Meeting point di Ciwalk Bandung. Perjalanan menggunakan bus dari Bandung-Yogyakarta-Surabaya-Bali-Lombok. On the road! Bus nya tidak begitu besar tapi cukup untuk menampung penumpang yang juga peserta trip sebanyak kurang lebih 26 orang.
Open trip berarti kita ngetrip bareng orang lain yang belum kita kenal. Biar ga terlalu cengo waktu ngetrip karena ga ada yang dikenal, jadi saya mengajak teman saya Aileen untuk ikut trip ini. Dia mau dan juga sangat excited. Dari Tangerang ke Bandung kita naik travel bus. Menginap semalam di hotel di daerah Gerlong (a.k.a Geger Kalong). Hotelnya kurang nyaman. Tapi hotel ini rekomendasi dari travel agent kita. Dan kami bertemu beberapa peserta trip yang juga menginap di hotel ini.
Paginya kami di jemput Yudi dan Gilang (mahasiswa Bandung yang juga pemandu wisata kita selama perjalanan ke Lombok). Salut untuk dua orang ini. Karena masih muda sudah bisa berwirausaha dengan membuat travel perjalanan. What a great idea!
Perjalananpun dimulai. Kami peserta pertama yang di jemput, berikutnya menjemput peserta yang menunggu di meeting point ‘Ciwalks’. Kami pun turun sembari berkenalan dengan teman-teman yang lain. Dan semuanya anak-anak muda. Kebanyakan dari kami masih berprofesi sebagai mahasiswa. Beberapa ada penyiar radio komersil di Bandung. Beberapa datang dari Jakarta dan Pekan Baru. Wow excited sekali mereka yang datang jauh-jauh ke Bandung. Inilah harga yang harus dibayar.
Kursi masih ada beberapa yang kosong. Kami masih menjemput peserta lain di Malioboro, Yogyakarta. Perjalanan ke Yogyakarta memakan waktu hampir sehari. Kami sampai si Malioboro sudah hampir tengah malam. Peserta dipersilahkan berjalan-jalan sekitar Malioboro. Baik untuk berbelanja atau sekedar berkeliling. Walaupun sudah hampir tengah malam, masih banyak orang yang berlalu lalang. Saya membeli beberapa souvenir khas Yogyakarta. Kemudian kami mampir ke sego kucing di dekat rel kereta api. Menikmati kopi joss, dan beberapa sate. Suasana malam yang hangat akan keramahan orang-orang sekitar.
Pukul 12 malam menjelang dini hari kami kumpul dan masuk ke bus, untuk melanjutkan perjalanan. Target besok pagi kita akan sarapan di Surabaya.
Perjalanan ke Banyuwangi menuju pelabuhan Ketapang tersendat karena ada kecelakaan di malam itu. Macet panjang dan memakan waktu yang lama, dan kendaraan tidak bisa berjalan selama 1,5 jam. Kami menikmati hal moment itu dengan berfoto bersama dipinggir jalan.
Sesampainya di pelabuhan Ketapang hari sudah malam. Perjalanan menggunakan kapal ferry sekitar 2 jam untuk sampai pelabuhan Gilimanuk, Bali. Kami tidak mampir di Bali perjalanan diteruskan. Kami masih harus menyebrangi lautan. Dari pelabuhan Gilimanuk kemudian ke pelabuhan Padang Bay. Butuh waktu 4 jam untuk sampai ke pelabuhan Lembar, Lombok. Gelombang cukup tinggi pagi itu. Lumayan mebuat perut terkocok. Di kapal kami menikmati pemandangan matahari terbit, dan beberapa gunung terlihat hijau dan biru karena tertutup awan.
Beberapa dari kami ada yang tidur, ada yang berfoto-foto, dan ada yang makan. Sesampainya di pelabuhan Lembar, kami melanjutkan perjalanan ke Mataram. Kami menginap di daerah Cakranegara Lombok, Mataram. Setelah pembagian kamar, kami beristirahat sebentar, makan siang, dan sembahyang.
Petualangan kami dimulai dari mengunjungi pedesaan suku asli Lombok, yaitu suku Sasak. Sampai di desa Sasak Sade kami disambut pemandu wisata yang juga merupakan orang / suku Sasak itu sendiri. Ada beberapa keunikan di desa ini. Rumah adatnya terlihat biasa seperti rumah adat lainnya, berbilik bamboo sebagian sudah dibangun tembok. Atapnya terbuat dari jerami. Setiap keluarga juga mempunyai rumah lumbung untuk menyimpan hasil padi mereka. Bagian atap rumah lumbung adat berbentuk gunung. Atap dan dinding terbuat dari jerami. Dari permukan tanah ke Lumbung dibuat tangga tingginya sekitar 1.5-2 meter.
Untuk rumah adat suku sasak dibagi menjadi tiga ruangan, yaitu ruang induk (inan bale), ruang tidur (bale ruang), dan tempat penyimpanan harta benda, tempat melahirkan atau persemayaman jenazah sementara (bale dalam). Tempat tidur mereka juga terbuat dari bamboo. Bagian pondasi terdiri dari dua bagian, yakni tangga (undak-undak) dan lantainya. Undak-undak berfungsi untuk menghubungkan bale luar dan bale dalam. Dan yang membedakannya dengan rumah adat dari suku lain adalah lantai rumah yang terbuat dari campuran abu jerami, tanah dan kotoran kerbau/kuda. Wow! Kotoran? Dan percayalah tidak ada bau yang tidak sedap ketika memasuki salah satu rumah adat. Entah bagaimana suku Sasak ini mengolah kotoran kerbau menjadi lantai rumahnya dan tidak berbau. Teras rumah mereka biasanya dijadikan tempat untuk menenun, dan memajang hasil tenun mereka ke para wisatawan. Mereka sangat welcome saat kita ingin mencoba menenun, mereka mengajari kita bagaimana caranya menenun kain. Mereka juga menjual hasil tenunan mereka, seperti songket, kain tenun, selendang, dan hiasan ikat kepala. Dan saya sarankan jangan beli disini, karena harganya sangat mahal. Lebih baik beli di kota cakranegara atau mataram, pusat oleh-oleh khas Lombok. Jika beli di suku Sasak harganya bisa 2-3 kali lipat dari harga yamh dijual di toko souvenir yang ada di Mataram.
Adat yang paling menarik di suku Sasak ini adalah tradisi kawin lari. Hey bukankah itu dilarang? Jadi kalau menaksir salah satu gadis suku sasak, culiklah gadis itu, tentunya tanpa sepengetahuan keluarganya. Bila sehari semalam tidak ada kabar, maka gadis tersebut telah menikah. Suku Sasak menganggap bahwa mencuri lebih ber-Ksatria dibandingkan meminta kepada orangtuanya. But don’t do this with your girlfriend. It’s not work in town. You will be arrested by the police and jailed.


Dari desa Sasak Sade, kami pergi ke pantai kuta. Berbeda dengan pantai Kuta di Bali, pantai ini masih perawan, belum banyak wisatawan yang tau pantai ini.
Pantai kuta tidak jauh dari Tanjung Aan, dan pantai Mandalika. Pasir dari pantai ini bulat seperti merica. Beberapa warga menjajahkan beberapa dagangan mereka seperti pakaian bertuliskan Lombok, kacamata, dan juga pasir merica. Anak-anak kecil penduduk sekitar mengumpulkan pasir merica dikemas di dalam botol air mineral untuk dijual ke wisatawan yang datang berkunjung. 
Perlu diingat, pedagang-pedagang di sini terkadang memaksa kita untuk membeli barangnya. Dan ketika kita membeli di salah satu pedagang, pedagang yang lainpun ingin barangnya dibeli juga. Aga maksa. Tapi mereka ga akan berbuat criminal. Cukup memberikan senyum kepada mereka untuk menolak tawaran mereka. Kemudian kami pergi ke Bukit Seger.
Di atas bukit ini kami bisa melihat Lombok tengah dimana sepanjang penglihatan kita hanya ada laut, cakrawala, pantai, beberapa sawah hijau, dan bukit-bukit. Tidak jauh dari Bukit Seger ada pantai Mandalika. Setiap tahun pantai Mandalika menjadi pusat tujuan para wisatawan. Karena di sana setiap tahunnya ada tradisi masyarakat sekitar yaitu berburu cacing laut di pantai tersebut. Tradisi tersebut dinamakan Bau Nyale. Sebutan itu terkait dengan ritual suku Sasak. Ritual ini diselenggarakan sekitar bulan Februari dan Maret. Nyale ini muncul antara subuh sampai matahari terbit. Malam sebelumnya terdapat atraksi sepanjang malam. Beberapa resto dan hotel-hotel dekat dengan pantai tersebut ikut meramaikan suasana dengan menggelar pesta. Biasanya beberapa Dj akan turun menghibur para wisatawan yang kebanyakan turis asing.
Dibalik tradisi Bau Nyale terdapat legenda Putri Nyale dari Mandalika. Ceritanya Putri tersebut bingung karena mau dipinang oleh dua pangeran. Kedua pangeran tersebut berperang untuk mendapatkan Putri Mandalika. Karena tidak bisa membagi cintanya kepada ke dua pangerang tersebut, Putri Mandalika menceburkan dirinya ke laut. Alasannya karena sang putrid tidak rela menyaksikan kedua pangeran tersebut berperang memperebutkan dirinya. Menjelang pagi, tubuh sang putrid dicari-cari. Mayatnya tidak pernah ditemukan, malah muncul ribuan cacing yang berwarna hijau, merah, hitam, putih, kekuningan, dan coklat.
Kami kembali ke Mataram untuk berwisata kuliner. Nama makanannya agak aneh ‘Nasi Balap Puyung’. Hahaha… Eits jangan anggap enteng nasi balap ini, sekali mencoba pasti ketagihan. Makanan khas Lombok terkenal pedas. Benar saja Nasi Balap ini juga menggiurkan para penggila makanan pedas. Satu porsi Nasi Balap terdiri dari Nasi, ayam yang diiris tipis dan dibumbui dengan cabai dan kacang kedelai goreng. Ga abdol kalau ga nangis makan Nasi Balap sambil huh hah huh hah.
Keesokan harinya, kami bersiap pergi ke kaki gunung anak gunung Rinjani. Tujuan kami ke air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep. Setelah kemarin ke pantai, hari ini kami ke pegunungan. Suasana sejuk dan asri. Setelah melewati jalan setapak, berliku dan naik turun, kami tiba di air terjun Tiu Kelep. Wow amazing! Air terjunnya deras sekali, 200 meter di depan air terjun kita akan basah. Seperti terkena gerimis hujan. Tetapi bukan hujan, tetapi karena angin dan derasnya air yang jatuh ke bawah. Airnya dingin. Sekitar air terjun dihiasai tebing-tebing tinggi dan beberapa pepohonan. Kami kesulitan mengambil foto di air terjun ini karena takut kamera kami rusak terkena air.

Setelah menikmati air terjun, kami melipir ke Senggigi untuk menikmati Sunset. Kami berfoto di atas bukit, menikmati terpaan angin yang cukup kencang, menikmati pemandangan dari atas bukit dan pantai serta laut yang ada dibawahnya. Kami juga mencicipi sate bulayak.  


ayam taliwangMalamnya kami wisata kuliner lagi. Kali ni kami ingin mencicipi Ayam Taliwang, Ayam Seraten dan Plecing kangkung. Restonya lumayan mewah, ada live musicnya juga. Beberapa peserta bernyanyi untuk menghibur para pengunjung. Kalau saya asik, mengikuti para penyiar radio yang sedang live melaporkan liburan ke Lombok via telepon.




Besok kami akan pergi ke Gili Trawangan. Tujuan wisata terakhir kami. Di sana sudah banyak resort , bar, resto, dan hotel yang dibangun. Dan banyak sekali orang asing. Pasti kebanyakan pemilik dari bangunan dan fasilitas di sini adalah orang asing.

Apa saja yang bisa dilakukan di Gili Trawangan? Dari sekedar duduk, berjemur dipinggir pantai, snorkeling / diving di spot yang banyak karang, ikan dan biota laut lainnya. Berjalan santai sepanjang pantai, makan di resto, minum di bar, berkeliling pulau Gili Trawangan menggunakan sepeda atau menggunakan Cidomo (kereta kuda khas Lombok).

Di sepanjang jalan saya mengelilingi pulau ini, banyak spot yang indah untuk berfoto. Sesekali bertegur sapa dengan bule. Arsitektur dari resort, resto, dan hotel yang ada di sana terbilang mewah. Seperti resort-resort kelas dunia. Ada beberapa private hotel juga. Indah sekali.



Hari terakhir terasa cepat sekali. Tibalah kami membeli oleh-oleh khas Lombok. Dari yang paling mahal yaitu mutiara asli dari Lombok, makanan, pernak-pernik, pakaian, tas, sandal, dan kain songket atau tenun khas Lombok. Dan saya sangat tertarik dengan mutiara yang harganya jutaan rupiah.

Perjalanan pulang ke penginapan, entah kenapa kami merasa lebih akrab satu sama lain. Di bus sepanjang perjalanan pulang kami bernyanyi bersama di bus. Berteriak, berjoget, bercanda, tertawa, dan melawak. Mungkin karena hari terakhir kami.

Malam itu, tengah malam kami pergi ke senggigi, untuk ikut berpesta karena ada even. Beberapa Dj dari luar negeri datang untuk menghibur para wisatawan. Dan berharap kami bisa bangun pagi untuk berangkat ke Bali. Tiba di Bali sudah sore, kami berhenti pantai Kuta. Beberapa masih mampir di pantai Kuta sekedar membeli oleh-oleh, ataupun mencari makan malam dan ngopi latte bareng.
Saya dan Aillen memutuskan untuk pulang sore itu menggunakan pesawat dari bandara Ngurah Rai. Karena merasa tidak sanggup pulang dengan menggunakan bis lagi.
Teman-teman peserta trip Lombok Vacation yang ke enam ini gokil-gokil. Senang sekali saya dapat berkenalan dengan mereka. Sampai saati ini kami menjaga tali silahturahmi. Kami membuat grup di smartphone kami. Sesekali berkumpul di Bandung sekedar untuk karaoke, atau makan bareng. Terimakasih Yudi dan Gilang yang sudah menyajikan liburan yang akan selalu kami ingat, karena sangat berkesan bagi kami. Semoga ada Yudi dan Gilang yang lainnya, dari daerah lain yang bisa menyajikan wisata dalam negeri sebagus ini. @lombokvacation
Thank you :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar