Senin, 02 Maret 2015

Review film India ke 2; PK or PeeKay (mabuk)



                                                      PK (PeeKay atau mabuk)















Satu lagi karya Aamir Khan yang menurut saya film ini sangat berani karena mengangkat tentang keyakinan atau agama. Film ini mengajarkan banyak hal yang tidak pernah kita pikirkan, sekalipun pertanyaan-pertanyaan seperti yang ditanyakan PK sudah ada di benak kita, kita belum berani mengungkapkannya.
Film ini ingin menunjukkan bahwa apakah Tuhan yang anda yakini sudah benar atau wrong number? Yakin terhadap Tuhan atau pemuka agamanya? Atau malah kita dibingungkan karena setiap agama mempunyai cara ibadat atau keyakinan yang berbeda. Mana yang benar dan mana yang salah?

Anyway, walaupun banyak mengundang kontroversi, film ini mendapat peringkat yang bagus di Box Office. Di awali dengan kemunculan seorang alien di Rajashtan, India. Turun dari pesawat luar angkasanya tanpa menggunakan pakaian sehelaipun, tidak beralas kaki, hanya sebuah kalung yang menempel di lehernya. Kalung itu merupakan remote untuk memanggil pesawatnya. Tanpa kalung itu dia tidak bisa pulang. Kalung itu dicuri seorang laki-laki. Alien ini tidak bisa mengejarnya. Dia tidak mengenal bahasa di bumi dan tidak punya teman. Hanya sebuah radio yang dilemparkan pencuri itu untuk menutupi bagian vital tubuhnya. Ini baru kontroversi yang pertama.

Kita sebagai orang beragama selain percaya Tuhan, ternyata kita bisa menjadi penyembah berhala, bila kita terlalu mengagungkan pemuka agama kita. Ingatlah nabi, dan pemuka agama adalah manusia. Di film ini diceritakan tentang ramalan seorang pemuka aliran kepercayaan Hindu bernama Tn. Tapaswi tentang hubungan percintaan gadis India bernama Jagad Janani (Jaggu) dengan pria Pakistan, Sarfaraz. Jaggu tidak pernah mempercayai ramalan Tn. Tapaswi yang menyatakan bahwa pria itu tidak akan pernah menikahi Jaggu, tapi ayahnya terlalu percaya dengan Tn. Tapaswi. Saat ramalan itu seperti benar terjadi, Jaggu mulai percaya dengan ramalan Tn. Tapaswi. Jaggu tidak jadi menikah hanya karena salah paham, karena sepucuk surat yang isinya permintaan maaf membatalkan pernikahan yang nama pengirimnya tidak ada dan diperuntukkan ke siapa tidak tertulis. Padahal bila Jaggu tidak pernah pergi dan menghubungi Sarfaraz, mereka sudah hidup bahagia. Kita acap kali mempercayai ramalan-ramalan secara tidak sengaja maupun sengaja. Contoh kecil saja ramalan horoskop. Saat ramalan itu seperti benar terjadi, kita mulai tertarik dan meyakini ramalan tersebut. Kemudian kita terikat dan menduakan Tuhan kita. Padahal hal itu terjadi karena kita telah terpengaruh oleh ramalan itu sebelum benar-benar terjadi. 

Setelah menonton film ini saya bisa merasa dibodohi oleh agama dan pemukanya atau bahkan oknum dengan apa yang telah dialami PK yang kehilangan harta yang berharga miliknya, satu-satunya yaitu kalungnya. Dia berusaha dan bertanya kepada orang bagaimana dia bisa mendapatkan kalungnya kembali, kemudian orang berkata mintalah pada Tuhan, Ia akan menolongmu. Dengan kepolosannya ia mencari Tuhan. Ia merasa Tuhanlah yang bertanggung jawab atas hilangnya kalung miliknya. Ketika ke kuil ia tidak menemukan Tuhan seperti kata orang. Yang ada hanya patung dan gambarnya saja. Ia pikir Tuhan itu adalah manusia. Yang unik saat dia bercakap dengan pedagang patung dewa.
PK                      : " apa fungsi patung?"
Pedagang            : "Untuk berkeluh kesah".
PK                     : "Apakah ada alat komunikasinya? Bagaimana kita bisa mendengar Tuhan berbicara?"
Pedagang            : "Tuhan tak butuh alat komunikasi. Dia bisa mendengar langsung."
PK                     : "Jika bisa mendengar langsung apa pentingnya patung ini?"
Ini kontroversi kedua dari film PK, karena telah menyinggung umat Hindu. Seperti anak kecil yang tidak tau apa-apa kemudian diajari ini dan itu. Diimiing-imingkan akan mendapatkan hal yang diinginkan. Tapi kenyataannya kita sering kali tidak mendapatkan jawaban dari doa-doa kita, padahal kita sudah mengikuti segala ajaran dari agama kita masing-masing. Doktrin yang selama ini ditanam orang tua sejak kecil ke anak terlalu muluk-muluk. Kita tidak diajarkan bahwa tidak semua permintaan kita dikabulkan oleh Tuhan. Tuhan bukan mesin pemberi hadiah. Selain meminta pertolongan kita juga harus berusaha. 

Hal yang paling hina dan memalukan adalah serigala berbulu domba. Pemuka agama yang hanya memanfaatkan keuntungan besar dari kepolosan pengikutnya. Pendeta agama Hindu membuat kuil, kemudian menyediakan kotak persembahan yang besar, agar banyak orang yang memasukan uang persembahan. Entah dipakai untuk apa uang itu. Kebanyakan berdalih untuk biaya mengurus kuil atau macam-macam. Akhir-akhir ini banyak tumbuh gereja baru, aliran baru yang pengikutnya bisa dibilang banyak. Saat saya masuk di gereja karismatik, ibu saya melarang saya. Dia bilang saya hanya dimanfaatkan. Mereka (pemuka agama) bilang harus memberi persembahan perpuluhan, persembahan ini dan itu. Apakah mereka melakukannya juga? Apakah mereka punya pekerjaan lain juga? Jika tidak, dari mana biaya mereka dan keluarganya hidup kalau bukan dari uang persembahan itu? Setelah menonton film ini saya berpikir, perkataan ibu saya ada benarnya juga. Pernahkah kita berpikir bahwa pemuka agama bisa saja memanfaatkan umat/ jemaat/ pengikutnya? Bermodalkan kepercayaan dari pengikutnya, mereka bisa mendapatkan keuntungan banyak. Walaupun terlihat semua aturannya wajar. Tetapi kita tidak tau apakah uang tersebut dikelola dengan benar. PK menyebutnya bisnis ketakutan.

Sama seperti PK yang berharap doanya dikabulkan, dengan membayar uang persembahan, kita pun pernah atau sering merasakan seperti itu. Saat tak mendapatkan apa yang kita minta, rasanya sia-sia telah memberi uang tersebut. Kita merasa marah dan tertipu seperti PK.

“Jangan mempersoalkan agama. Itu soal keyakinan seseorang.” Kata ayah Jaggu. Jika Tuhan kita tidak mempersoalkan agama. Dia tak akan memberi kita akal sehat –Jaggu. Pernyataan Jaggu tersebut sangat penting untuk dipahami. Anda sebagai manusia yang dikarunia akal sehat seharusnya bisa berpikir logis saat sesuatu yang terlihat salah. Itulah sebabnya, selain memahami kitab/agama kita sendiri, kita juga perlu membedah apakah memang sudah benar apa yang selama ini kita yakini. Saya sempat merasa kebingungan, suatu ketika keyakinan saya mulai runtuh. Semua agama mengklaim bahwa agamanya benar. Lalu agama mana yang harus saya anut? Sayapun mencoba untuk membaca kitab suci agama lain yang bukan saya anut guna menemukan kebenaran. Saya mencari tau sendiri, bukan mendengar dari mulut orang yang bisa saja kata-katanya ditambah-tambahkan. Selama ini kita menganggap bahwa kitab yang sudah kita percayai isinya memang benar firmanNya, tapi kita tidak pernah tau apakah isi kitab itu tidak ada yang dikurangi ataupun yang ditambahnkan. Sebagai makhluk yang berakal, dengan kecanggihan teknologi kita harusnya bisa menyelidiki kebenaran dari apa yang sudah kita yakini. Jangan-jangan kita salah jalan.

Kembali lagi ke film PK. Saat berduel dengan TN. Tapaswi. PK bertanya Tuhan mana yang harus ku percayai? Tuhan yang menciptakan kita? Atau Tuhan yang diciptakan manusia? Tn. Tapaswi terpojok. Ia bilang bahwa mereka akan membela Tuhan mereka. PK bertanya bagaimana kau bisa melindungi Tuhan? Dunia ini sangat kecil, kau duduk di kursi di dunia yang kecil ini. Mengatakan kau akan melindungi Tuhan yang menciptakan alam semesta. Dia tak butuh perlindunganmu. Dia bisa melindungi diriNya sendiri. PK benar, kita jangan mau dibodoh-bodohi oleh pemuka agama seperti Tn. Tapaswi. Oleh karena itu, saya sangat menyarankan agar anda menyelidiki kebenaran, jangan menelan omongan pemuka agama mentah-mentah.

“Mana Hindu mana muslim? Mana tandanya tunjukkan padaku. Perbedaan ini diciptakan oleh kalian (manusia) bukan Tuhan.” Pernyataan PK diatas benar. Lalu siapa yang bisa menyelamatkanmu? Tuhan atau agamamu? Agama adalah sarana yang dibuat oleh manusia untuk beribadah. Agama bukan sebuah jaminan untuk kita bisa selamat (masuk surga). Coba gunakan akal sehatmu untuk menyelidiki kebenaran. Tuhan tidak akan pernah marah bila kita menyelidiki kebenaran, Dia akan marah ketika kita melakukan dosa dan sudah tidak lagi percaya kepadaNya.


Note: penulis tidak  bermaksud menghina, atau menyinggung pihak tertentu. Ini hanya opini. Maaf bila ada salah dalam penulisan blog ini