Sabtu, 28 Februari 2015

Review film India; Every Child is Special (Taare Zameen Par)


Aamir Khan, actor Bollywood yang satu ini, dalam dua filmnya mengangkat sisi lain kehidupan manusia, PK dan saya terkesan dengan film yang dibintangi, disutradarai, dan sekalligus diproduseri olehnya, yaitu Every Child is Special. Sangat menyentuh hati.


Film ini menceritakan tentang seorang anak yang memiliki keterbatasan dalam mengenali huruf atau yang disebut dyslexia. Orang tuanya menganggap bahwa Ishaan pemalas. Ayahnya sering melakukan kekerasan karena sering mendapatkan laporan kalau Ishaan berbuat onar, dan nilainya jelek di sekolah. Nilai akademiknya yang buruk selalu dibandingkan dengan kakaknya, Yohan, yang juara kelas. Tetapi Ishaan memiliki kemampuan melukis yang baik. Saat kenaikan kelas Ishaan di drop out dari sekolahnya karena tidak naik kelas untuk kesekian kalinya, dan guru-guru sudah angkat tangan. Ayahnya mengirim dia ke sebuah asrama yang jauh dari rumahnya. Ishaan merasa sedih, karena dia anggap asrama itu  tempat pembuangan anak-anak bodoh. Ishaan merasa tertekan dan rasa percaya dirinya hilang. Di asrama ini, tidak ada yang bisa memahami dirinya. Dia selalu mengasingkan dirinya, berjalan sendirian, merenungi nasibnya. 

Suatu ketika datanglah seorang guru seni pengganti Ram Shankar Nikhumb (Aamir Khan). Nikhumb juga seorang guru di sebuah sekolah luar biasa. Nikhumb disukai oleh anak didiknya. Terkecuali Ishaan. Dia masih membisu dan suka sendirian. Nikhumb melihat bahwa dia perlu membantu Ishaan. Nikhumb pergi ke rumah Ishaan untuk bertemu dengan orang tuanya. Setelah berbincang dengan keluarganya, Nikhumb mengerti bahwa orang tuanya salah menilai anaknya, Ishaan. Nikhumb menjelaskan kepada orang tuanya tentang kesulitan yang dihadapi Ishaan. Ayahnya bersih keras kalau Ishaan memang pemalas. Dengan sabar Nikhumb menjelaskan kepada orang tua Ishaan bahwa Ishaan menderita dyslexia (sulit mengenali huruf). Nikhumb akhirnya bertekad membantu Ishaan sembuh dari dyslexia. Nikhumb memberikan tambahan jam belajar untuk Ishaan. Dengan sabar Nikhumb mengajari Ishaan. Akhirnya Ishaan bisa menulis dengan benar. Untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya, Nikhumb membuat lomba melukis di sekolah. Lukisan Ishaan menjadi lukisan terbaik. Ishaan merasa terharu karena seseorang yang bukan siapa-siapanya bisa mendidik dia dengan benar dan rasa sayang. Ishaan menangis dan memeluk Nikhumb. 

Nikhumb mungkin tidak memiliki hubungan darah dengan Ishaan, tapi Nikhumb memiliki perasaan yang sama, pernah mengalami kesulitan yang sama. Karena Nikhumb kecil sama seperti Ishaan, mengalami dyslexia.

Film ini membuat saya menyadari betapa berharganya seorang anak. Walaupun saya belum menikah dan
mempunyai anak, saya yakin orang tua yang memiliki anak akan tambah menyayangi anaknya setelah menonton film ini. Film ini bisa mengubah paradigma orang tua dalam mendidik anaknya. Anak bukan hanya harus dididik tapi orang tua juga harus memahami apa kekurangan yang dimiliki anaknya. Keseringan dari kita, jika nilai akademik anak kurang, orang tua memarahi anak bahkan sampai melakukan kekerasan kepada anaknya dalam mengajar. Hal ini telah menjadi budaya di masyarakat kita. Padahal anak itu tidak bisa karena merasa kesulitan. Orang tua seharusnya membantu anaknya keluar dari kesulitan, bukan malah menghakimi anak dengan mengatakan ‘bodoh!’ ‘pemalas!’ memukulnya, bahkan sampai mengasingkan anak ke asrama. Orang tua tidak sadar kalau anaknya merasa terbuang, tidak berharga, dan kehilangan rasa percaya diri. Anda akan sulit menemukan seseorang seperti Nikhumb untuk mendidik anak anda. Jadi kalau bukan anda sendiri sebagai orang tua, siapa lagi yang akan menyelamatkan anak anda dari keterpurukan. Anak anda adalah kado spesial dari Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar