PK (PeeKay atau mabuk)
Satu lagi karya Aamir Khan yang menurut saya film ini sangat berani
karena mengangkat tentang keyakinan atau agama. Film ini mengajarkan banyak hal
yang tidak pernah kita pikirkan, sekalipun pertanyaan-pertanyaan seperti yang
ditanyakan PK sudah ada di benak kita, kita belum berani mengungkapkannya.
Film ini ingin menunjukkan bahwa apakah Tuhan yang anda
yakini sudah benar atau wrong number? Yakin terhadap Tuhan atau pemuka
agamanya? Atau malah kita dibingungkan karena setiap agama mempunyai cara ibadat
atau keyakinan yang berbeda. Mana yang benar dan mana yang salah?
Anyway, walaupun banyak mengundang kontroversi, film ini
mendapat peringkat yang bagus di Box Office. Di awali dengan kemunculan seorang
alien di Rajashtan, India. Turun dari pesawat luar angkasanya tanpa menggunakan
pakaian sehelaipun, tidak beralas kaki, hanya sebuah kalung yang menempel di
lehernya. Kalung itu merupakan remote untuk memanggil pesawatnya. Tanpa kalung
itu dia tidak bisa pulang. Kalung itu dicuri seorang laki-laki. Alien ini tidak
bisa mengejarnya. Dia tidak mengenal bahasa di bumi dan tidak punya teman.
Hanya sebuah radio yang dilemparkan pencuri itu untuk menutupi bagian vital
tubuhnya. Ini baru kontroversi yang pertama.
Kita sebagai orang beragama selain percaya Tuhan, ternyata
kita bisa menjadi penyembah berhala, bila kita terlalu mengagungkan pemuka
agama kita. Ingatlah nabi, dan pemuka agama adalah manusia. Di film ini
diceritakan tentang ramalan seorang pemuka aliran kepercayaan Hindu bernama Tn.
Tapaswi tentang hubungan percintaan gadis India bernama Jagad Janani (Jaggu)
dengan pria Pakistan, Sarfaraz. Jaggu tidak pernah mempercayai ramalan Tn.
Tapaswi yang menyatakan bahwa pria itu tidak akan pernah menikahi Jaggu, tapi
ayahnya terlalu percaya dengan Tn. Tapaswi. Saat ramalan itu seperti benar
terjadi, Jaggu mulai percaya dengan ramalan Tn. Tapaswi. Jaggu tidak jadi
menikah hanya karena salah paham, karena sepucuk surat yang isinya permintaan
maaf membatalkan pernikahan yang nama pengirimnya tidak ada dan diperuntukkan
ke siapa tidak tertulis. Padahal bila Jaggu tidak pernah pergi dan menghubungi
Sarfaraz, mereka sudah hidup bahagia. Kita acap kali mempercayai
ramalan-ramalan secara tidak sengaja maupun sengaja. Contoh kecil saja ramalan
horoskop. Saat ramalan itu seperti benar terjadi, kita mulai tertarik dan meyakini
ramalan tersebut. Kemudian kita terikat dan menduakan Tuhan kita. Padahal hal
itu terjadi karena kita telah terpengaruh oleh ramalan itu sebelum benar-benar
terjadi.
Setelah menonton film ini saya bisa merasa dibodohi oleh
agama dan pemukanya atau bahkan oknum dengan apa yang telah dialami PK yang
kehilangan harta yang berharga miliknya, satu-satunya yaitu kalungnya. Dia
berusaha dan bertanya kepada orang bagaimana dia bisa mendapatkan kalungnya
kembali, kemudian orang berkata mintalah pada Tuhan, Ia akan menolongmu. Dengan
kepolosannya ia mencari Tuhan. Ia merasa Tuhanlah yang bertanggung jawab atas
hilangnya kalung miliknya. Ketika ke kuil ia tidak menemukan Tuhan seperti kata
orang. Yang ada hanya patung dan gambarnya saja. Ia pikir Tuhan itu adalah
manusia. Yang unik saat dia bercakap dengan pedagang patung dewa.
PK : " apa fungsi patung?"
Pedagang : "Untuk
berkeluh kesah".
PK
: "Apakah ada alat komunikasinya? Bagaimana kita bisa mendengar Tuhan berbicara?"
Pedagang :
"Tuhan tak butuh alat komunikasi. Dia bisa mendengar langsung."
PK :
"Jika bisa mendengar langsung apa pentingnya patung ini?"
Ini kontroversi kedua dari film PK, karena telah menyinggung
umat Hindu. Seperti anak kecil yang tidak tau apa-apa kemudian diajari ini dan
itu. Diimiing-imingkan akan mendapatkan hal yang diinginkan. Tapi kenyataannya
kita sering kali tidak mendapatkan jawaban dari doa-doa kita, padahal kita
sudah mengikuti segala ajaran dari agama kita masing-masing. Doktrin yang selama
ini ditanam orang tua sejak kecil ke anak terlalu muluk-muluk. Kita tidak diajarkan
bahwa tidak semua permintaan kita dikabulkan oleh Tuhan. Tuhan bukan mesin
pemberi hadiah. Selain meminta pertolongan kita juga harus berusaha.
Hal yang paling hina dan memalukan adalah serigala berbulu
domba. Pemuka agama yang hanya memanfaatkan keuntungan besar dari kepolosan
pengikutnya. Pendeta agama Hindu membuat kuil, kemudian menyediakan kotak
persembahan yang besar, agar banyak orang yang memasukan uang persembahan.
Entah dipakai untuk apa uang itu. Kebanyakan berdalih untuk biaya mengurus kuil
atau macam-macam. Akhir-akhir ini banyak tumbuh gereja baru, aliran baru yang
pengikutnya bisa dibilang banyak. Saat saya masuk di gereja karismatik, ibu saya
melarang saya. Dia bilang saya hanya dimanfaatkan. Mereka (pemuka agama) bilang
harus memberi persembahan perpuluhan, persembahan ini dan itu. Apakah mereka
melakukannya juga? Apakah mereka punya pekerjaan lain juga? Jika tidak, dari
mana biaya mereka dan keluarganya hidup kalau bukan dari uang persembahan itu?
Setelah menonton film ini saya berpikir, perkataan ibu saya ada benarnya juga.
Pernahkah kita berpikir bahwa pemuka agama bisa saja memanfaatkan umat/ jemaat/
pengikutnya? Bermodalkan kepercayaan dari pengikutnya, mereka bisa mendapatkan
keuntungan banyak. Walaupun terlihat semua aturannya wajar. Tetapi kita tidak
tau apakah uang tersebut dikelola dengan benar. PK menyebutnya bisnis
ketakutan.
Sama seperti PK yang berharap doanya dikabulkan, dengan
membayar uang persembahan, kita pun pernah atau sering merasakan seperti itu.
Saat tak mendapatkan apa yang kita minta, rasanya sia-sia telah memberi uang
tersebut. Kita merasa marah dan tertipu seperti PK.
“Jangan mempersoalkan agama. Itu soal keyakinan seseorang.” Kata
ayah Jaggu. Jika Tuhan kita tidak mempersoalkan agama. Dia tak akan memberi
kita akal sehat –Jaggu. Pernyataan Jaggu tersebut sangat penting untuk
dipahami. Anda sebagai manusia yang dikarunia akal sehat seharusnya bisa
berpikir logis saat sesuatu yang terlihat salah. Itulah sebabnya, selain
memahami kitab/agama kita sendiri, kita juga perlu membedah apakah memang sudah
benar apa yang selama ini kita yakini. Saya sempat merasa kebingungan, suatu
ketika keyakinan saya mulai runtuh. Semua agama mengklaim bahwa agamanya benar.
Lalu agama mana yang harus saya anut? Sayapun mencoba untuk membaca kitab suci agama
lain yang bukan saya anut guna menemukan kebenaran. Saya mencari tau sendiri,
bukan mendengar dari mulut orang yang bisa saja kata-katanya
ditambah-tambahkan. Selama ini kita menganggap bahwa kitab yang sudah kita
percayai isinya memang benar firmanNya, tapi kita tidak pernah tau apakah isi
kitab itu tidak ada yang dikurangi ataupun yang ditambahnkan. Sebagai makhluk
yang berakal, dengan kecanggihan teknologi kita harusnya bisa menyelidiki
kebenaran dari apa yang sudah kita yakini. Jangan-jangan kita salah jalan.
Kembali lagi ke film PK. Saat berduel dengan TN. Tapaswi. PK
bertanya Tuhan mana yang harus ku percayai? Tuhan yang menciptakan kita? Atau
Tuhan yang diciptakan manusia? Tn. Tapaswi terpojok. Ia bilang bahwa mereka
akan membela Tuhan mereka. PK bertanya bagaimana kau bisa melindungi Tuhan?
Dunia ini sangat kecil, kau duduk di kursi di dunia yang kecil ini. Mengatakan kau
akan melindungi Tuhan yang menciptakan alam semesta. Dia tak butuh
perlindunganmu. Dia bisa melindungi diriNya sendiri. PK benar, kita jangan mau
dibodoh-bodohi oleh pemuka agama seperti Tn. Tapaswi. Oleh karena itu, saya
sangat menyarankan agar anda menyelidiki kebenaran, jangan menelan omongan
pemuka agama mentah-mentah.
“Mana Hindu mana muslim? Mana tandanya tunjukkan padaku.
Perbedaan ini diciptakan oleh kalian (manusia) bukan Tuhan.” Pernyataan PK
diatas benar. Lalu siapa yang bisa menyelamatkanmu? Tuhan atau agamamu? Agama
adalah sarana yang dibuat oleh manusia untuk beribadah. Agama bukan sebuah
jaminan untuk kita bisa selamat (masuk surga). Coba gunakan akal sehatmu untuk
menyelidiki kebenaran. Tuhan tidak akan pernah marah bila kita menyelidiki
kebenaran, Dia akan marah ketika kita melakukan dosa dan sudah tidak lagi percaya kepadaNya.
Note: penulis tidak bermaksud menghina, atau menyinggung pihak tertentu. Ini hanya opini. Maaf bila ada salah dalam penulisan blog ini