Aamir Khan, actor Bollywood yang satu ini, dalam dua filmnya mengangkat sisi lain kehidupan manusia, PK dan saya terkesan dengan film yang dibintangi, disutradarai, dan sekalligus diproduseri olehnya, yaitu Every Child is Special. Sangat menyentuh hati.
Film ini menceritakan tentang seorang anak yang memiliki
keterbatasan dalam mengenali huruf atau yang disebut dyslexia. Orang tuanya
menganggap bahwa Ishaan pemalas. Ayahnya sering melakukan kekerasan karena
sering mendapatkan laporan kalau Ishaan berbuat onar, dan nilainya jelek di
sekolah. Nilai akademiknya yang buruk selalu dibandingkan dengan kakaknya,
Yohan, yang juara kelas. Tetapi Ishaan memiliki kemampuan melukis yang baik. Saat
kenaikan kelas Ishaan di drop out dari sekolahnya karena tidak naik kelas untuk
kesekian kalinya, dan guru-guru sudah angkat tangan. Ayahnya mengirim dia ke
sebuah asrama yang jauh dari rumahnya. Ishaan merasa sedih, karena dia anggap
asrama itu tempat pembuangan anak-anak
bodoh. Ishaan merasa tertekan dan rasa percaya dirinya hilang. Di asrama ini,
tidak ada yang bisa memahami dirinya. Dia selalu mengasingkan dirinya, berjalan
sendirian, merenungi nasibnya.
Suatu ketika datanglah seorang guru seni
pengganti Ram Shankar Nikhumb (Aamir Khan). Nikhumb juga seorang guru di sebuah
sekolah luar biasa. Nikhumb disukai oleh anak didiknya. Terkecuali Ishaan. Dia masih
membisu dan suka sendirian. Nikhumb melihat bahwa dia perlu membantu Ishaan.
Nikhumb pergi ke rumah Ishaan untuk bertemu dengan orang tuanya. Setelah
berbincang dengan keluarganya, Nikhumb mengerti bahwa orang tuanya salah
menilai anaknya, Ishaan. Nikhumb menjelaskan kepada orang tuanya tentang
kesulitan yang dihadapi Ishaan. Ayahnya bersih keras kalau Ishaan memang
pemalas. Dengan sabar Nikhumb menjelaskan kepada orang tua Ishaan bahwa Ishaan
menderita dyslexia (sulit mengenali huruf). Nikhumb akhirnya bertekad membantu
Ishaan sembuh dari dyslexia. Nikhumb memberikan tambahan jam belajar untuk
Ishaan. Dengan sabar Nikhumb mengajari Ishaan. Akhirnya Ishaan bisa menulis
dengan benar. Untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya, Nikhumb membuat lomba
melukis di sekolah. Lukisan Ishaan menjadi lukisan terbaik. Ishaan merasa terharu
karena seseorang yang bukan siapa-siapanya bisa mendidik dia dengan benar dan
rasa sayang. Ishaan menangis dan memeluk Nikhumb.
Nikhumb mungkin tidak
memiliki hubungan darah dengan Ishaan, tapi Nikhumb memiliki perasaan yang
sama, pernah mengalami kesulitan yang sama. Karena Nikhumb kecil sama seperti
Ishaan, mengalami dyslexia.
Film ini membuat saya menyadari betapa berharganya seorang
anak. Walaupun saya belum menikah dan
mempunyai anak, saya yakin orang tua yang memiliki
anak akan tambah menyayangi anaknya setelah menonton film ini. Film ini bisa
mengubah paradigma orang tua dalam mendidik anaknya. Anak bukan hanya harus
dididik tapi orang tua juga harus memahami apa kekurangan yang dimiliki
anaknya. Keseringan dari kita, jika nilai akademik anak kurang, orang tua
memarahi anak bahkan sampai melakukan kekerasan kepada anaknya dalam mengajar. Hal
ini telah menjadi budaya di masyarakat kita. Padahal anak itu tidak bisa karena
merasa kesulitan. Orang tua seharusnya membantu anaknya keluar dari kesulitan,
bukan malah menghakimi anak dengan mengatakan ‘bodoh!’ ‘pemalas!’ memukulnya,
bahkan sampai mengasingkan anak ke asrama. Orang tua tidak sadar kalau anaknya
merasa terbuang, tidak berharga, dan kehilangan rasa percaya diri. Anda akan
sulit menemukan seseorang seperti Nikhumb untuk mendidik anak anda. Jadi kalau
bukan anda sendiri sebagai orang tua, siapa lagi yang akan menyelamatkan anak
anda dari keterpurukan. Anak anda adalah kado spesial dari Tuhan.